إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا
وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيد نا
مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدّيْن ( اما بعد ).
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا
اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ
أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ
لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا
QS
Ali Imron : 102
(Q.S
Al-Isra: 53)
Ma’ asyiral muslimin Jama’ah Jumat Yang Dirahmati Allah سبحانه و تعالى
!!!
Dihari istimewa yang penuh berkah ini, marilah kita selalu berusaha meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah dengan terus berusaha menjalankan
seluruh perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Semoga Allah selalu
memberikan bimbingan dan kekuatan kepada kita sehingga kita selalu dalam
keimanan dan ketakwaan kepada-Nya Amin. Dengan taqwalah kita bisa mencapai kedudukan yang mulia
di sisi Allah SWT, sebagaimana firmannya :
ﺇِﻥَّ ﺃَﻛْﺮَﻣَﻜُﻢْ
ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﺗْﻘَﺎﻛُﻢْ
Artinya :
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di
antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu” (QS. Al
Hujurat: 13).
Ma’ asyiral muslimin Jama’ah Jumat Yang Dirahmati Allah سبحانه و تعالى
!!!
Marilah kita selalu meningkatkan kadar ketaqwaan kita
kepada Allah SWT. Dengan berusaha sekuat tenaga untuk mengerjakan apa yang
telah diperintahkan Allah SWT. dan mencurahkan sekuat tenaga meninggalkan
segala apa yang dilarang Allah SWT.
Ma’ asyiral muslimin Jama’ah Jumat Yang Dirahmati Allah سبحانه و تعالى
!!!
Salah satu bentuk perintah Allah yang harus kita
laksanakan sebagai konsekwensi dari ketaqwaan kita kepada Allah yaitu menjaga
hati dan lisan kita dari hal-hal yang merusak dan hal-hal menjerumuskan kita
celaka baik di dunia maupun diakhirat. Hati sumber penggerak kebaikan untuk memamcu
kita beribadah kepada Allah swt. Hati merupakan kiasan
dari nurani kita dan lisan merupakan perkataan dari manusia. Keduanya
sangat memberi pengaruh yang amat menentukan bagi karakter seseorang dan juga memberi
pengaruh terhadap lingkungan sekitar, entah dalam wujud yang manfaat atau
merugikan.
Dalam
kitab an-Nawâdir, karya Syekh Syihabuddin Ahmad bin Salamah al-Qalyubi disajikan
sebuah renungan dalam bentuk kisah yang dialamai oleh Luqman Al Hakim nama
lengkapnya Luqman an-Naubi al-Hakim bin Anqa’ ibnu Baruq. Ia merupakan penduduk
asli Ailah Kota Kuno dalam Islam, untuk sekarang kota ini bernama Aqaba, yang
berada di Negara Yordania sebelah selatan berbatasan dengan Israel.
Kisah
ini dimulai, ketika Luqman al-Hakim menerima hadiah seekor kambing oleh
seseorang. Pemilik kambing meminta Luqman untuk menyembelih kambing tersebut
dan mengantarkan bagian paling buruk yang ada pada kambing tersebut. Luqman
langsung menggorok leher kambing tersebut, mengulitinya juga mengiris-iris
dagingnya sesuai kebutuhan. Luqmanpun secara khusus mengambil lidah dan hati
kambing tersebut dan lalu mengantarkannya kepada pemiliknya.
Pemilik
kambing dengan seketika memberinya kambing lagi. Tugasnya sama dengan yang
pertama: beliau harus menyembelih kembali seperti yang pertama. Namun untuk
kali ini pemilik kambing menginginkan Luqman untuk membawakannya bagian paling
bagus, dan juga terbaik dari kambing tersebut.
Luqman
dengan segera menjalankan tugasnya dengan baik. dan Kambing pun disembelih,
lantas diambillah lidah dan hati untuk diberikan kepada pemiliknya. Luqman memberikan
hal yang sama untuk dua permintaan yang
saling berlawanan itu.
Pemilik
kambingpun bingung bercampur heran, dan bertanya dengan apa yang dilakukan oleh
Luqman. Kenapa engkau memberikan kepadaku sesutau yang sama yaitu hati dan lidah
terhadapa permintaan yang berbeda. Yang pertama aku minta bagian paling buruk
engkau memberikan kepadaku lidah dan hati dan kedua aku mememinta bagian yang
paling bagus, engkau juga memberikan padaku hati dan lidah. Luqmanpun menjawab,
“tidak ada yang lebih buruk selain lidah dan hati apabila keduanya buruk, dan
tidak ada yang lebih bagus dari lidah dan hati apabila keduanya bagus.”
Kisah
ini mengungkap pesan, bahwa hal paling krusial dalam kehidupan ini adalah
terjaganya hati dan lidah. Keduanya lebih dari sekadar daging fisik lainnya,
keduanya hati dan lidah merupakan kiasan dari nurani dan perkataan dari
manusia. Keduanya sangat memberi pengaruh yang amat menentukan bagi setiap
orang lain dan juga lingkungan sekitar, entah dalam wujud yang manfaat atau
merugikan.
Rasulullah pernah menggambarka hati dalam
sebuah hadits, Rasulullah bersabda:
أَلاَ
وَإِنَّ في الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ
فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلا وَهِيَ القَلْبُ
(رواه
البخاري ومسلم)
Artinya, “Ingatlah sesungguhnya dalam
jasad ada segumpal daging, jika ia baik maka baik pula seluruh anggota badan
dan jika ia rusak maka rusak pula seluruh anggota badan, ketahuilah, ia adalah
hati” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Istilah qalb dimaknai sebagai apa yang
sering kita sebut dengan “hati”. Hati memang tak terlihat oleh mata tapi
pengaruhnya kepada setiap gerak-gerik manusia amat menentukan. Ia tempat
berpangkalnya niat. Tulus atau tidak, jujur atau pura-pura, dan hanya Allah dan
pemilik hati sendirilah yang mengetahui kebenarannya. Dalam Islam, hati
merupakan sesuatu yang paling pokok. Hati seseorang menjadi titik tolak bagus
dan rusaknya tiap perilaku manusia secara keseluruhan.
Begitu juga dengan Lisan Allah SWT memberikan karunia lisan kepada manusia
untuk berbicara. Tentu saja karunia tersebut amat luar biasa. Namun sayangnya,
banyak dari kita yang sulit mengendalikan lisan.
Sebuah
pepatah bahasa Arab menyatakan bahwa keselamatan seseorang bergantung pada cara
bagaimana ia menjaga lisannya. Pepatah itu menyatakan:
سَلَامَةُ اْلإِنْسَانِ فِي حِفْظِ اللِّسَانِ
Artinya: Keselamatan manusia
terletak dalam menjaga lisannnya.
Karena saking krusialnya, Islam bahkan
hanya memberi dua pilihan terkait fungsi lisan: untuk berkata yang baik atau
diam saja. Seperti bunyi hadits riwayat Imam al-Bukhari:
وَمَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَــقُلْ خَـيْرًا أَوْ لِيَـصـمُــتْ
Artinya “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah
dia berkata yang baik atau diam.”
Hadits yang disepakati keshahihannya ini
merupakan nash yang sharih, bahwasanya tidak seharusnya seseorang berbicara
melainkan apabila perkataan tersebut baik, yaitu yang tampak jelas maslahatnya
(nilai manfaatnya), dan ketika ragu tentang kejelasan maslahatnya, maka
janganlah berbicara dan lebih baik diam.
Al-Imam asy-Syafii berkata, “Apabila seseorang ingin berbicara, maka hendaklah
dia berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara, apabila telah jelas
maslahatnya, maka silahkanlah berbicara, dan apabila ragu-ragu tentang
maslahatnya, maka lebih baik tidak berbicara sampai jelas maslahatnya”.
Imam asy-Syafii juga pernah berpesan
kepada muridnya ar-Rabi, “Wahai ar-Rabi, janganlah kamu berbicara tentang
perkara yang tidak penting bagimu, karena apabila kamu berbicara satu kata,
maka ia akan memilikimu, sedangkan kamu tidak dapat memilikinya.
Allah juga mengutus malaikat khusus untuk mengawasi setiap ucapan kita.
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
"Tak ada suatu kalimat pun yang
diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir."
(QS. Qaf :18)
Semoga Allah senantiasa memberi hidayah
kepada kita semua, agar kita senantiasa bisa menjaga lisan kita dari hal-hal
yang tidak ada manfaat, dan memberi hidayah kepada agar bisa menjaga hati kita
dari hal” yang bisa mengotorinya Aamiin-aamiin ya robbal alamiien
بارك الله لى ولكم في القرأن
العظيم ونفعني واياكم بالأيات والذ كر الحكيم اقول قولى هذا واستغفروه انه هو
الغفور الرحيم.
KHUTBAH
KEDUA
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ
لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ
اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا
النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا
اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى
بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى
اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ.
اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِين وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتَكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا
اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ
وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا
خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ
تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ
وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
QS. Al-Ahzab :
56
QS. Al
Baqoroh 2 : 21
QS. Al
A’rof : 23