إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ
أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيد نا مُحَمّدٍ وَعَلى
آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن ( اما
بعد ).
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
وَقَالَ
أَيْضًا: وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ
وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Ma’asyiral Muslimin jamaah sholat jumat yang
dirahmati Allah SWT
Alhamdulillah, puji syukur tak henti-hentinya kita
panjatkan kepada Allah swt kini umat muslim diseluruh dunia khususnya di
Indonesia berada dalam bulan syawal awal, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh
ulama” terdahulu agar kita senantiasa berdoa selama enam bulan sejak Syawal
hingga Rabiul Awal agar ibadah selama bulan Ramadan diterima, lalu dari Rabiul
Awal hingga Syaban berdoa agar kita dipertemukan dengan bulan Ramadan
berikutnya.
Kata
syawal (شَوَّالُ) sendiri bila dilihat secara harfiah atau secara bahasa
berasal dari kata
"Syala" (شَالَ) yang memiliki arti "irtafaá" (اِرْتَفَعَ)
yakni mempunyai
arti peningkatan, Syawal
bermakna sebagai bulan peningkatan ibadah dan amal saleh. Untuk itu pada kesempatan
yang penuh berkah ini, semoga saja kitab bisa tetap istiqomah meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, dengan cara melaksanakan semua perintah-Nya
dan menjauhi semua larangan-Nya, terlebih lagi setelah kita selesai melaksanakan ibadah puasa selama bulan
Ramadan. Dimana inti tujuanya adalah membentuk manusia yang bertaqwa. Karena sebaik-baiknya bekal adalah berbekal taqwa.
Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an :
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
Artinya : “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.”
(QS. Al-Baqarah: 197)
Ma’asyiral Muslimin jamaah sholat jumat yang
dirahmati Allah SWT
Setelah berhasil menjalankan puasa Ramadhan dengan berjuang mengendalikan
nafsu dan menahan diri dari berbagai hal yang bisa
merusak nilai ibadah puasa. Ditambah dengan rangkaian ibadah lainnya seperti
tadarus Al Qur’an, sholat sunnah tarawih disempurnakan dengan zakat fitrah dan ibadah”
lainnya selama satu bulan penuh. Maka patutlah kiranya umat muslim yang beriman,
di bulan syawal ini merayakan kemenangan atas ibadah yang telah kita lakukan,
yaitu kembali suci atau Kembali ke fitrah. (Fitrah adalah keadaan suci dan bersih
yang dimiliki manusia ketika dilahirkan), , sebagaimana sabda
rosulullah SAW:
(قال النبى صلى الله عليه وسلم من صام رمضان وعرف حدوده
وتحفظ ما ينبغ له ان يتحفظ كفر ماقبله (رواه ابن حبان
Artinya : Nabi
Muhammad SAW bersabda barangsiapa puasa ramadan dan mengetahui batas-batasnya
serta menjaga dari hal-hal yang tidak bermanfaat maka Allah akan menghapus
dosa-dasanya yang telah lalu ( HR Ibnu Hibban). Begitu pula disempurnakan pada hadits
yang lainnya :
مَنْ
قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya : "Barangsiapa yang menunaikan shalat
malam di bulan Ramadan (sholat sunnah tarawih) karena iman dan mengharap pahala
dari Allah,maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari
dan Muslim).
Berdasarkan kedua hadits tersebut di atas, orang-orang
muslim yang beriman yang sudah susah payah menjalankan ibadah puasa disiang
hari romadhon disempurnakan dengan melaksanakan sholat sunnah dimalam harinya
patutlah kiranya mereka mendapat prediket atau gelar aidin artinya kembali fitri, seperti
bayi yang tidak mempunyai dosa dan salah.
Ma’asyiral Muslimin jamaah sholat jumat yang
dirahmati Allah SWT
Dari sinilah kita paham bahwa Allah SWT akan
menghapus semua dosa yang telah lalu dengan ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Namun yang perlu untuk diketahui dosa-dosa yang dimaksud adalah dosa-dosa kepada Allah SWT (dosa-dosa kecil
yang masuk ranah kategori dosa” hablum minallah). Sedangkan
𝗱𝗼𝘀𝗮 𝗮𝘁𝗮𝘂 𝗸𝗲𝘀𝗮𝗹𝗮𝗵𝗮𝗻 𝘁𝗲𝗿𝗵𝗮𝗱𝗮𝗽 𝘀𝗲𝘀𝗮𝗺𝗮 𝗺𝗮𝗻𝘂𝘀𝗶𝗮 (dosa haqqul adami) maka dosa atau kesalahan seperti ini, tidak akan diampuni oleh Allah SWT selama
orang yang dizalimi (disakiti) tidak memberikan maaf, misalnya menipu,
menyakiti atau menzalimi, ghibah, memfitnah orang lain, satu-satunya cara
menghapusnya adalah dengan cara 𝗺𝗲𝗺𝗶𝗻𝘁𝗮 𝗺𝗮𝗮𝗳 𝗱𝗮𝗻 menunggu
pemberian maaf atau 𝗸𝗲𝗶𝗸𝗵𝗹𝗮𝘀𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗽𝗲𝗿𝗻𝗮𝗵 𝗱𝗶𝘀𝗮𝗸𝗶𝘁𝗶.
Imam
An-Nawawi dalam kitabnya “Riyadus Shalihin” memaparkan bahwa pertaubatan untuk
perbuatan dosa yang terjadi sesama manusia, tidak hanya meminta maaf semata
akan tetapi dilakukan dengan empat tahapan. Pertama, orang yang
telah melakukan kedholiman terhadap sesame bertaubat dan berhenti dari
perbuatan tersebut. Kedua, orang yang telah melakukan kedholiman
menyesal dalam diri atas kesalahan yang telah
dilakukannya. Ketiga, orang yang telah melakukan kedholiman berniat
sungguh-sungguh untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut. Dan yang terakhir orang yang telah melakukan kedholiman mengembalikan
tanggungan atau hak-hak yang telah diambil atau dirampas dari orang yang telah didholimi.
𝗠𝗮𝗸𝗮 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗶𝘁𝘂, seorang muslim harus berusaha semaksimal
mungkin utuk tidak mendzolimi 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝗹𝗮𝗶𝗻, 𝗸𝗮𝗿𝗲𝗻𝗮 𝗽𝗿𝗼𝘀𝗲𝘀 𝗽𝗲𝗿𝘁𝗮𝘂𝗯𝗮𝘁𝗮𝗻𝗻𝘆𝗮 sungguh teramat sulit.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَتْ عِنْدَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ
فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهَا، فَإِنَّهُ لَيْسَ ثَمَّ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ مِنْ
قَبْلِ أَنْ يُؤْخَذَ لِأَخِيهِ مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ
حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ أَخِيهِ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ
Artinya : “Barang siapa telah melakukan kezaliman terhadap
saudaranya (muslim), hendaklah dia meminta kehalalan dari saudaranya
(dimaafkan), karena di sana (akhirat) tidak ada lagi dinar atau dirham. (Akan
ditegakkan qishash). Pada awalnya, akan diambil kebaikan-kebaikan dari pihak
yang menzalimi dan diberikan kepada saudaranya yang dizalimi. Apabila orang
yang zalim itu sudah tidak memiliki kebaikan, kejelekan-kejelekan orang yang
dizalimi akan diambil dan diberikan kepadanya (orang yang menzaliminya).” (Muttafaqun alaih).
Apabila ampunan dari Allah udah diterima karena puasa dan
kesalahan sesama anak manuisa sudah dimaafkan atau dihalalkan maka lengkaplah
sudah gelar untuk orang yang seperti ini yaitu
minal Aidin Wal Faizin, yang minal aidin artinya
golongan orang orang yang kembali suci/fitri dan Wal Faizin artinya
orang-orang yang beruntung, memperoleh kemenangan karena sudah saling memaafkan.
Dengan kata lain dosa vertikal,
yakni dosa manusia kepada Allah Swt diampuni dengan puasa romadhon,
sedangkan dosa horizontal, yakni dosa manusia kepada
sesamanya dimaafkan dengan mushofahah atau saling minta maaf dan memafkan satu
sama lain.
Memaafkan memang lebih berat dari meminta maaf,
tetapi memberi maaf jauh lebih mulia daripada meminta maaf.
Kita senantiasa diperintah untuk memelihara
silaturrohmi sebagaimana firman Allah :
وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ
وَالْأَرْحَامَ، إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Artinya: “Bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
(QS an-Nisâ’: 1)
Hadratussyekh Muhammad Hasyim Asy’ari, pendiri
Nahdlatul Ulama, bahkan secara khusus mengarang kitab berjudul at-Tibyân
fî Nahyi
‘an Muqâtha’atil Arhâm wal Aqârib wal Ikhwân (yang berisi Penjelasan tentang
Larangan Memutus Hubungan Mahram atau hubungan silaturrohim, Kerabat, dan
Persaudaraan).
Semoga saja Allah menerima ibadah puasa
kita dan ibadah” lainnya serta membalasnya dengan kebaikan. Aamiin aamiin aamiin
ya robbal alamiin
تقبل الله
منا ومنكم واعاده الله عليكم بخير. وجعلنا الله واياكم من العائدين والفائزين كل عام
انا وانتم بخير
بارك الله لى ولكم في القرأن العظيم ونفعني واياكم بالأيات والذ كر
الحكيم اقول قولى هذا واستغفروه انه هو الغفور الرحيم.
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ
اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ
اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ
اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ
تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا
النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا
اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى
بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ
وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِز.
اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِين وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتَكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ
وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا
ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ
اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا
اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ
اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ !
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ
وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ
ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
QS. Al-Ahzab : 56
QS. Al
Baqoroh 2 : 21
QS al
A’rof : 23
QS An Nahl : 90