Bersyukur Dalam Islam



إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ
 يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيد نا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن ( اما بعد )
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ
فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ

Ma’ asyiral muslimin Jama’ah Jumat Yang Dirahmati Allah سبحانه و تعالى !!!
Di hari Jumat yang penuh berkah ini, marilah kita sama-sama meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah SWT, dengan cara menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segenap larangan-Nya, semata hanya mengharapkan ridho-Nya.:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam." (QS. Ali Imran : 102).

Ma’ asyiral muslimin Jama’ah Jumat Yang Dirahmati Allah سبحانه و تعالى !!!
Salah satu bentuk ibadah dan ketaatan kepada Allah سبحانه و تعالى ialah melantunkan rasa syukur atas anugrah atau nikmat yang telah Allah berikan kepada kita semua. Bersyukur adalah ibadah dan bentuk ketaatan atas perintah Allah kepada kita semua, sebagaimana firman Allah dalam Alqur’an
فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ
Artinya :
Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku. (QS. Al Baqoroh : 152)
Dalam kitab tafsir Ibnu Katsir Al-Hasan Al-Basri, Abul Aliyah, As-Saddi, dan Ar-Rabi' ibnu Anas mengatakan bahwa Allah Swt. selalu mengingat orang yang ingat kepada-Nya, memberikan tambahan nikmat kepada orang yang bersyukur kepada-Nya, dan mengazab orang yang ingkar terhadap-Nya.

Ma’ asyiral muslimin Jama’ah Jumat Yang Dirahmati Allah سبحانه و تعالى !!!
Betapa melimpahnya nikmat yang telah Allah berikan kepada kita umat muslim, dari nikmat yang terbesar dengan diutusnya nabi Muhammad SAW membawa risalah islam dan menunjukkan kita pada jalan keimanan, nikmat terbesar ini dinamakan nikmat islam dan iman atau disebut juga nikmat mutlaqoh (nikmat sejati yang akan mengantarkan kita pada kebahagiaan di dunia dan akhirat), dan berbagai macam nikmat lainnya seperti nikmat kemerdekaan, kesehatan, berpikir, rasa aman, pengetahuan, kedudukan, rejeki dan berbagai nikmat lainnya yang yang tidak bisa disebut semuanya dan tidak terhingga jumlahnya. Jika kita berusaha menghitung nikmat yang Allah berikan niscaya kita tidak akan mampu menghitungnya, sebagaimana firman Allah dalam Alqur’an
وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ
Artinya :
Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. An Nahl 16 : 18)

Ma’ asyiral muslimin Jama’ah Jumat Yang Dirahmati Allah سبحانه و تعالى !!!
Bersyukur tidaklah cukup hanya dengan mengucapkan “alhamdulillah” segala puji bagi Allah. Karena syukur tidak hanya dilisan melainkan dibenarkan dalam hati dan diwujudkan dalam amal perbutan.. Sebagaimana yang dijabarkan oleh Ibnu Qudamah (Minhajul Qosidin) bahwa bersyukur itu ada 3 tahap:
  • Bersyukur dimulai dari lisan dengan ucapan Alhamdulillah segala puji bagi Allah, kemudian
  • Bersyukur dengan hati yaitu dengan membenarkan, mengakui dan meyakini bahwa nikmat tersebut semata-mata datangnya dari Allah semata dan bukan dari selain-Nya
  • Bersyukur dengan amal perbuatan yaitu menggunakan nikmat sesuai dengan tujuan pemberi nikmat, orang yang diberikan nikmat oleh Allah kelapangan harta maka berbuat baiklah dengan hartanya, orang yang diberi nimat oleh Allah tenaga maka beramal sholehlah dengan tenaganya, sedangkan yang dilapangkan oleh Allah ilmunya maka tebarlah manfaat kepada orang lain dengan ilmunya. (Minhajul Qosidin, hal. 305).
Segala nikmat dan anugerah dari Allah, wajib kita syukuri, siapa saja yang mensyukuri nikmat maka sebenarnya ia telah mengikat dan melanggengkan nikmat tersebut untuk dirinya, karena dengan bersyukur, niscaya kita akan selalu merasa cukup dan Allah akan menambah nikmat-Nya kepada kita.
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
Artinya :
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (QS. Ibrahim : 7)
Lawan dari syukur adalah kufur nikmat, yaitu enggan menyadari atau bahkan mengingkari bahwa nikmat yang ia dapatkan adalah dari Allah. Orang yang tidak bersyukur maka sebenarnya ia berada diambang kehilangan nimat tersebut dan menanti datangnya azab dari Allah سبحانه و تعالى

Sebagaimana kisah qorun yang kufur nikmat dan Allah mengabadikan dalam Alqur’an yang mulia...
Al Kisah... Semula Qarun adalah seorang laki-laki yang sangat miskin, saleh dan taat beribadah. Ia lalu meminta kepada Nabi Musa untuk mendoakan agar Allah memberikannya harta benda yang melimpah  untuknya. Allah mengabulkan permohonan nabi Musa tersebut, sehingga Qorun menjadi orang yang sangat kaya dan raya, saking kayanya kunci gudang kekayannya hanya bisa diangkat oleh dua orang laki-laki yang bertubuh kuat dan kekar, sayang sekali akibat kekayaannya itu Qorun mengingkari nikmat yang Allah berikan. Suatu hari, Nabi Musa diperintahkan oleh Allah untuk mengerjakan Zakat. Nabi Musa lalu mengutus salah seorang pengikutnya untuk mengambil zakat dari Qarun. Begitu sampai rumah Qorun, Qarun sangat marah dan tidak mau memberikan sedikit pun dari kekayaannya. Karena, menurut Qarun, kekayaan yang ia miliki itu adalah hasil kerja keras, kepandaian dan usaha sendiri, tidak ada kaitan dengan siapa pun, bahkan dengan Allah sekalipun. Kesombongan dan kufur nikmatnya qorun ini diabadikan Allah dalam Al Qur’an Surat Al Qashash : 78.
قَالَ اِنَّمَآ اُوْتِيْتُهٗ عَلٰى عِلْمٍ عِنْدِيْۗ
Artinya :
Dia (Karun) berkata, “Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku.” (Q.S. Al-Qashash [28]: 78).
Tidak lama kemudian, bumi berguncang dan seketika itu bumi terbelah sehingga Qarun beserta rumahnya dan seluruh kekayaannya lenyap ditelan bumi, (QS. Al-Qashash 28 : 81).
فَخَسَفْنَا بِهٖ وَبِدَارِهِ الْاَرْضَ ۗفَمَا كَانَ لَهٗ مِنْ فِئَةٍ يَّنْصُرُوْنَهٗ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۖوَمَا كَانَ مِنَ الْمُنْتَصِرِيْنَ
Artinya
Maka Kami benamkan dia (Karun) bersama rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya satu golongan pun yang akan menolongnya selain Allah, dan dia tidak termasuk orang-orang yang dapat membela diri.
Jangan sampai berharap nikmat bersinambung tanpa bersyukur kepada Allah, karena bisa jadi itu adalah istidroj استدرز Allah mengulurnya agar sikufur nikmat jatuh lebih dalam lagi dalam azabnya.
Bersyukurlah karena syukur merupakan sifat para Nabi, sifat orang beriman, menjadi sebab datangnya ridha Allah dan kuci bahagia di dunia dan akhirat.

Kisah yang diriwayat Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.
Rasulullah pernah bercerita tentang tiga orang dari Bani Israil, penderita kusta, botak, dan buta. Kemudia Allah mengutus malaikat dalam wujud manusianya
Pertama malaikat menghampiri dan bertanya pada penderita kusta, “Apa yang paling kau inginkan di dunia ini?” “kulit yang bagus dan sembuh dari penyakit yang menjijikkan ini,” jawab penderita kusta. Diusaplah kulit orang itu dan seketika penyakitnya hilang, kini kulit terlihat bagus. “Lalu malaikat bertanya lagi, kekayaan apa yang paling kamu senangi?” “Unta.” Maka diberilah seekor unta bunting. Malaikat pun berdoa, “Semoga Allah melimpahkan berkah kepadamu dengan unta ini.”
Selanjutnya malaikat mendatangi orang berkepala botak karena suatu penyakit. Apa yang paling kau inginkan?” “Rambut yang bagus dan hilangnya penyakit yang menjijikkan ini.” Malaikat mengusap kepalanya dan seketika itu hilanglah penyakitnya, rambut mulai tumbuh dikepalanya. Malaikat lantas bertanya lagi, “Harta apakah yang kamu senangi?” “Sapi,” jawab lelaki yang semula botak. Seekor sapi diberikan malaikat mengiringinya dengan doa, “Semoga Allah memberkahimu dengan sapi ini.”
Terakhir malaikat mengunjungi orang buta. Apa yang paling kamu inginkan di dunia ini?” “Semoga Allah berkenan mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat lagi.” Diusaplah wajah lelaki buta itu dan dalam sekejap Allah mengembalikan fungsi penglihatannya. Malaikat itu bertanya lagi kepadanya: “Harta apakah yang paling kamu senangi?” Ia menjawab, “Kambing.” Maka diberilah ia seekor kambing yang yang sedang bunting.
Beberapa tahun kemudian unta, sapi, dan kambing pemberian malaikat tadi beranak pinak dalam jumlah yang besar, hingga masing” ternak tadi menjadi satu lembah atau satu kandang yg teramat besar.
Kemudian Allah mengutus malaikat lagi untuk mendatangi dan menguji syukur atau kufurkah mereka. Kali ini malaikat tampil dalam wujud sebagai musyafir yang menderita.
Pertama malaikaat mendatangi penderita kusta “Aku ini laki-laki miskin yang menderita kusta tak lagi punya bekal untuk meneruskan perjalananku, hari ini aku minta sedekah kepadamu seekor unta saja sebagai bekal meneruskan perjalananku,” pinta malaikat. “Tanggunganku masih banyak,” jawab mantan pengidap kusta itu.
“Bukankah kamu orang yang dulu menderita kusta dan fakir hingga dijauhi banyak orang, kemudian Allah karuniakan kesembuhan dan harta kepada mu?” kata Malaikat seraya menginatkan mantan sipenderita kusta, “Kekayaan ini aku peroleh secara turun temurun dari leluhurku,” jawab si mantan penderita kusta lagi. “baikalh jika anda berdusta, Allah akan mengembalikan keadaan anda seperti sediakala,” kata malaikat.
Giliran kepada orang yang semula botak, malaikat tetap melakukan pertanyaan yang sama. Termasuk meminta lagi. Tapi lagi-lagi ia ditolak. “Jika anda berdusta, Allah akan mengembalikan keadaan anda seperti sediakala,” peringatan itu kembali terlontar.
Terakhir malaikat tadi menghampiri orang yang sebelumnya buta, “Aku ini musyafir miskin yang tak lagi punya bekal untuk meneruskan perjalananku hari ini kecuali atas pertolongan Allah sedekahmu aku minta seekor kambing saja untuk bekal melanjutkan perjalananku.” “Sungguh aku semula buta dan fakir, lalu Allah mengembalikan penglihatanku dan mengaruniai aku kekayaan ini. Silahkan ambillah kambing yang engkau sukai, dan tinggalkan yang tak kau suka. Demi Allah, sekarang ini aku tidak akan mempersulitmu dengan sesuatu yang telah kau ambil karena Allah.” Di akhir cerita, malaikat itu berkata kepada lelaki yang semula buta ini, “Peganglah kekayaanmu, karena sesungguhnya kalian ini hanya diuji oleh Allah. Allah telah ridha kepadamu, dan murka kepada kedua teman anda.”
Cerita di atas menerangkan tentang keinginan seseorang untuk keluar dari penderitaan tertentu. Namun, ketika nasib secara lahiriah membaik, seseorang tetap saja dihadapkan dengan dua pilihan sikap: bersyukur atau kufur. Pelajaran dari kisah tiga orang Bani Israil tersebut adalah, bahwa nikmat yang jauh lebih besar dari keindahan fisik dan melimpahnya kekayaan adalah kesadaran untuk mensyukuri nikmat itu sendiri. Realisasinya: ikhlas dan bahagia terhadap apa yang tersedia, termasuk ketika harus dibagi kepada orang lain yang membutuhkan. Wallâhu a‘lam.

بارك الله لى ولكم في القرأن العظيم ونفعني واياكم بالأيات والذ كر الحكيم اقول قولى هذا واستغفروه انه هو الغفور الرحيم.

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ.

اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِين وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتَكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
QS. Al-Ahzab : 56
QS. Al Baqoroh 2 : 21
QS. Al A’rof : 23
QS. An-Nahl 16: 90

imammukhtar

Kepala Madrasah di MA PPKP Darul Ma'la

Post a Comment

Previous Post Next Post

Contact Form