إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ
وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ
وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ
وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ
وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ
إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Ma’ asyiral muslimin Jama’ah Jumat Yang Dirahmati Allah سبحانه و تعالى !!!
Dihari istimewa yang penuh berkah ini, marilah kita sama-sama meningkatkan kualitas ketakwaan kita kepada Allah سبحانه و تعالى karena taqwa merupakan sebaik-baiknya bekal untuk menggapai keselematan fiddunya ilal akhirat. Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an :
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
Artinya : “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah : 197)
Ma’ asyiral muslimin Jama’ah Jumat Yang Dirahmati Allah سبحانه و تعالى !!!
Setiap kita manusia pasti akan menghendaki keberuntungan dan kebahagian baik di dunia maupun di akhirat. Tidak ada satupun manusia yang ingin hidupnya susah, gelisah, tidak merasakan ketentraman dan terjatuh terjebak dalam kerugian.
Untuk mencapai kebahagian dan keberuntungan itu, ada beberapa pinsip yang harus jadi pijakan bagi setiap muslim.
Prinsip Pertama, Sebagai seorang muslim, patutlah kita menjaga keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat. Suatu ketika Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم mendengar kabar bahwa ada seorang sahabat bernama Abdullah bin Amr bin Ash berpuasa setiap hari, serta selalu shalat malam hampir di sepenuh malam, kemudian Nabi bertanya kepadanya:” apakah kamu menjalankan yang demikian itu”. Lalu ia menjawab: “betul, wahai Nabi.” Nabi lalu menasehatinya, “bahwa tubuhmu mempunyai hak, begitu pula matamu mempunyai hak yang harus terpenuhi, untuk keluargamu ada pula kewajiban yang harus kamu penuhi hak-haknya.” Hal ini seperti yang tertuang dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitabnya, Al Jami’us Shohih, bab Haq Al Jism Fi Al Syaum.
Kisah di atas memberi isyarat kepada kita bahwa manusia harus pandai dalam membagi waktu antara memenuhi hak hak dunia, dan menjalankan kewajiban-kewajiban akhirat. Sehingga tidak terjadi kepincangan atau berat sebelah diantara keduanya, entah itu musyrif dalam urusan dunia atau sebaliknya berlebihan dalam hal akhirat (Guluw). Sebagaimana seruan Allah dalam yang berbunyi:
وابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
Artinya:
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi (QS. Al-Qashas : 77).
Dunia memang sangat berarti bagi manusia, karena merupakan ladang menuju akhirat, yaitu tempat menanam amal, serta tempat investasi untuk persiapan menuju kehidupan yang haqiqi yaitu kehidupan di akhirat. Tapi sayank banyak sekali manusia yang lalai, tergoda, dan terjebak oleh tipu daya dunia hingga lupa akan tugas utamanyanya di dunia yaitu mengabdi dan beribadah kepada Allah, bahkan sampai meninggalkan kewajiban-kewajiban yang sejatinya harus manusia kerjakan.
Maka beruntunglah orang yang selalu ingat tujuan hidupnya, ia selalu waspada dan mengarahkan dirinya agar tak terkena racun dunia, sehingga kesempatan hidup di dunia ini dipergunakan secara maksimal untuk bekerja menggapai kenikmatan dunia tanpa melupakan ibadah sebagai sarana mencapai kebahagiaan akhirat.
Prinsip Kedua yang harus jadi pijakan bagi setiap muslim untuk mencapai kebahagian dan keberuntungan fiddunya ilal akhirat yaitu patutlah kita sebagai seorang muslim untuk senantiasa menjaga hubungan secara vertikal ke atas yaitu hubungan dengan sang kholik atau lebih dikenal dengan istilah hablum minAllah dan juga menjaga dan melestarikan hubungan horisontal mendatar yaitu hubungan sesama anak manusia dan dengan lingkungan atau alam sekitar yang lebih dikenal dengan istilah hablum minan nas.
Ada sebuah kisah yang sangat berharga yang dapat dijadikan pelajaran agar kita tidak menjadi seorang muslim yang merugi kisah ini diceritakan oleh Imam Al Ghazali dalam kitabnya yang berjudul Mukasyafatul Qulub...
Disebutkan... Ada seorang ahli ibadah bernama Abu bin Hasyim yang kuat sekali tahajudnya. Hampir bertahun-tahun dia tidak pernah absen melakukan sholat tahajud. Pada suatu ketika saat hendak mengambil wudhu untuk tahajud, Abu dikagetkan oleh keberadaan sosok makhluk yang duduk di bibir sumurnya. Abu bertanya, “Wahai hamba Allah, siapakah Engkau? Sambil tersenyum, makhluk tersebut menjawab “Aku Malaikat utusan Allah”.
Abu Bin Hasyim kaget sekaligus bangga karena kedatangan tamu malaikat mulia. Dia lalu bertanya, “Apa yang sedang kamu lakukan di sini wahai mailkat?” Malaikat itu menjawab, “Aku disuruh mencari hamba pencinta Allah.”
Melihat Malaikat itu memegang kitab tebal, Abu lalu bertanya: “Wahai Malaikat, buku apakah yang kau bawa? Malaikat menjawab; “Ini adalah kumpulan nama hamba-hamba pencinta Allah.” Mendengar jawaban Malaikat, Abu bin Hasyim berharap dalam hati namanya ada di situ. Maka ditanyalah Malaikat itu. “Wahai Malaikat, adakah namaku di situ?
Abu berasumsi dan yakin kalau namanya ada di buku itu, mengingat amalan ibadahnya yang tidak kenal putusnya. Selalu mengerjakan shalat tahajud setiap malam, Berdo’a dan bermunajat pada Allâh سبحانه و تعالى di sepertiga malam.
“Baiklah, aku buka,” kata Malaikat sambil membuka kitab besarnya. Dan, ternyata Malaikat itu tidak
menemukn nama Abu di dalamnya. Tidak percaya, Abu bin Hasyim meminta Malaikat mencarinya sekali lagi. “Betul … namamu memang tidak ada di dalam buku ini...!” Kata Malaikat. Abu bin Hasyim pun gemetar dan jatuh tersungkur di depan Malaikat. Dia menangis se-jadi-jadinya.
“Rugi sekali diriku yang selalu tegak berdiri disetiap malam dalam tahajud dan bermunajat tetapi namaku tidak masuk dalam golongan para hamba pecinta Allah,”
Melihat itu, Malaikat pun berkata, “Wahai Abu bin Hasyim...! Bukan aku tidak tahu engkau bangun setiap malam ketika yang lain tidur… Bukannya aku tidak tahu engkau mengambil air wudhu dan kedinginan pada saat orang lain terlelap dalam buaian malam. Tapi tanganku dilarang Allâh menulis namamu.”
“Apakah gerangan yang menjadi penyebabnya, wahai malaikat?” Tanya Abu bin Hasyim.“Engkau memang bermunajat kepada Allâh, tapi engkau membubuinya dengan rasa ujub dan membungkusnya dengan riya’ kamu bangga kemana-mana dan asyik beribadah memikirkan diri sendiri. Tanpa memperdulikan kanan kirimu.
Tetanggamu sakit dan lapar, tidak pernah engkau tengok dan beri makan. Tanaman sekitarmu kering gersang kucing” mengiba kelaparan tidak pernah engkau perdulikan. Bagaimana mungkin engkau dapat menjadi hamba pecinta Allah kalau engkau sendiri tidak pernah mencintai hamba-hamba yang diciptakan Allâh...?
Itulah jawaban Malaikat. Abu bin Hasyim seperti disambar petir di siang bolong. Dia tersadar hubungan ibadah manusia tidaklah hanya kepada Allâh semata (hablumminAllâh), Tetapi juga ke sesama manusia bahkan dengan lingkungan alam sekitar (hablum minannâs).
Semoga saja, kita senantiasa mendapat hidayah untuk tetap teguh dalam ketaatan dan ketaqwaan kepada Allah Azzaa Wajalla dan menjadi insan yang beruntung minad dunya ilal akhirat Aamiin-aamiin ya robbal alamien.
بارك الله لى ولكم في القرأن العظيم ونفعني واياكم بالأيات والذ كر الحكيم اقول قولى هذا واستغفروه انه هو الغفور الرحيم.
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ
وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ
عِبَادَاللهِ... اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
Tags
Khutbah Jumat