Pagi itu... entah tanggal berapa??? Kurang lebih 20 tahun yg lalu... cuaca begitu cerah, sinar mentari menembus rerimbunan rumpun bambu, seperti biasa aku pesan sama emak. "Emak... hari ini aku pingin ikan bakar" (ikan kutuk, bader atau lele hasil tangkapan dari sungai yang dibakar di tungku yaitu tempat memasak zaman dulu sebelum ada kompor gas, kemudian ikannya dipenyet dan diulek sama sambel trasi).
"Ya... sana cari di sungai! Nanti aku bakarkan ikannya" jawab emak. Spontan aku langsung ambil pancing dan cangkul untuk mencari cacing sebagai umpan memancing.
Setelah dirasa semua siap akupun bergegas menuju sungai yang berada di belakang rumahku, sungai inilah tempat aku menghabiskan waktu dikala libur, sekedar cari udang, cunduk krono, sruwut, wader, bader, betik, sepat, keting, kutuk, lele, bahkan kijing (sejenis kerang sungai air tawar). Kalau tidak habis turun hujan, mungkin aku bisa gedik (menangkap ikan dengan sabit dibalik dan dipukulkan ke arah ikan yang sedang tidur atau berenang dalam air), jaring dan grogoh (menangkap ikan atau udang dengan meraba pakai tangan), tapi sayang... semalam hujan turun lumayan deras sehingga satu"nya jalan untuk mendapatkan ikan, hanya dengan memancing.
Baru saja, umpan aku lempar ke kedung (cekungan di dalam sungai, tempat rajanya ikan sungai air tawar sejenis kutuk dan lele bersembunyi).
Tiba" ada rombongan anak kecil bawa sarung atau sak menyebrangi sungai, langsung saja aku tanyai mereka. "Hai... kalian mau kemana?" "Mau kondangan di Manding pak... acara sedekah bumi" jawab mereka.
Akupun terkejut karena tidak tahu kalau hari ini, ada acara sedekah bumi di desa sebelah, langsung saja benang pancing aku tarik dan bergegas pulang ambil sak ikut nyusul anak" kondangan. Takut tidak kebagian asahan he he he... Padahal waktu itu aku udah kuliah semester 2 lhoo bahkan udah jadi guru di MI Karang Wotan. 🤭 Tapi tidak apalah, lumayan bisa makan bandeng kecapan sepuasnya, ada peyek teri, peyek kacang, tahu bacem, tempe goreng, oseng kacang, oseng cambah, kue bugis, kue apem dan masih banyak lainnya. Kalau pas lagi mujur dapat ingkung jugaaa lhoo... dijamin enak semua deh. 😋
Beberapa menit kemudian, sampailah kami di punden desa Kepoh Kencono dukuh Manding, tempat diselenggarakannya ritual sedekah bumi.
Setelah ratusan bahkan ribuan asahan terkumpul, acarapun dimulai dengan diisi ungkapan rasa syukur dan do'a" yang dipanjatkan kehadirat Allah SWT. Demi keselamatan seluruh warga dan keberhasilan panen ditahun-tahun mendatang.
Begitu acara selesai, langsung saja aku memasukkan beberapa asahan lengkap dengan lauknya ke dalam sak yg aku bawa, hingga dirasa udah cukup berat dan lumayan penuh saknya he he he.🤣
Selanjutnya kamipun pulang bersama, lewat pematang sawah, sambil memikul berkat di pundak sebelah kiri, berjalan berjejer berurutan seperti kereta api. Sepintas setelah aku lihat ke depan dan ke belakang, alangkah terkejutnya aku, ternyata aku gede dewe atau daplok dewe.😭 Yang lainnya rata" anak SD atau SMP. Tapi tidak apalah yang penting dapat berkat.
Emak pasti senang... Karena hari ini kita bisa makan enak.😋 Aku pulang membawa berkat untuk emak.
Bener... sampai rumah emakpun terkejut dan tertawa, bahkan saking terkejutnya emak hampir nangis... gak percaya dan gak nyangka kalau aku masih mau ikut kundangan sedekah bumi he he he...
Ini... Aku persembahkan untuk emak... Berkat Untuk Emak
22 Desember 2020
Tags
Cerpen & Novel