Tempat bersejarah dan misterius yang aku rindukan sejak kecil, alhamdulillah diusiaku yang ke 36 tepatnya Jum'at 29 Desember 2017. Kami sekeluarga bisa berkunjung di Museum Lawang Sewu.
Dengan bantuan GPS, saya melacak posisi Museum Lawang Sewu, yang berada di Komplek Tugu Muda, Jalan Pemuda, Sekayu Kota Semarang Jawa Tengah Indonesia. Tepatnya disebelah timur laut Tugu Muda Semarang. Dihari kedua selama berlibur di Semarang kami sekeluarga memang berencana berkunjung di Lawang Sewu, yang sebelumnya kita telah mengunjungi Gua Kreo dan Klenteng Sampokong Laksamana Cheng Hoo.
Dari terminal Penggaron saya menyetir kendaraan dengan panduan GPS, kurang lebih 30 menit sampailah kami di Tugu Muda dan setelah berputar mengelilingi tuga muda berhenti tepat didepan pintu Museum Lawang Sewu.
Dan petugaspun mengarahkan saya untuk memarkir kendaraan ditempat parkir tepatnya diselatan dari Museum Lawang Sewu yaitu sebelah selatannya Gereja dan timurnya Museum Mandala Bakti. Begitu sampai didepan pintu dan mendapatkan tiket dengan membayar 25 ribu untuk 3 orang saya, istri dan anakku, alangkah senangnya hatiku serasa seperti mimpi karena saya mengetahui sejarah Lawang Sewu sejak duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah, kira-kira ditahun 1992, berarti butuh waktu 25 tahun untuk bisa melihat langsung Museum Lawang Sewu sejak munculnya keinginan dan ketertarikanku terhadap sejarah dan cerita misteri dari Lawang Sewu itu sendiri.
Dari sinilah saya mendapatkan inspirasi untuk menulis konten atau artikel yang ada hubungannya dengan Lawang Sewu, mulai dari namanya Lawang berarti pintu, Sewu artinya seribu yaitu bangunan dengan jumlah pintu sekitar seribu, walaupun sejatinya kurang dari seribu. Kemudian mengetahui tahun pembuatannya yang dimulai dari tanggal 27 februari 1904 dan dibuka 1907, dengan asitek langsung dari belanda yaitu C. Citroen, gedung ini semula merupakan Kantor Kereta Api NIS ( Nederland Indische Spoorweg ).
Pada tahun 1942 Lawang Sewu jatuh dan dikuasai oleh Nippon sehingga bagian bawah dari gedung yang aslinya tempat pembuangan air disulap oleh Nippon menjadi penjara bawah tanah. Dan untuk loteng bagian paling atas yang terbuat dari kayu dijadikan sebagai tempat untuk menyiksa para tahanan.
Pada tepi lorong kami dapat melihat sebuah selokan tua yang konon katanya adalah tempat pembuangan mayat dan sebelum dibuang kepalanya dipisahkan dan darahnya dikeringkan terlebih dahulu.
Pada masa kemerdekaan Lawang Sewu menjadi saksi bisu pertempuran lima hari di Semarang mulai tanggal 14 oktober sd 19 Oktober 1945.
Dan setelah Indonesia merdeka Lawang Sewu berubah menjadi Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia atau DKARI sekarang berganti nama PT Kereta Api Indonesia.
Semoga Bermanfaat... Aamiin
Tags
Wisata Keluarga