Ketulusan Cinta


Teeettt... teeettt... teeettt...! bel tanda istirahat telah berbunyi, spontan suasana dalam kelas menjadi riuhhh, ada yang bilang wayahe-wayahe, baca tahmid, bahkan tak sedikit dari para siswa yang mengangkat kepalan tangannya ke atas sambil mengucapkan horeee.

Setelah pelajaran ditutup dengan salam oleh guru. Herman mengambil sebuah kado kecil bersampul indah dari dalam tasnya, yang ia bungkus tadi malam sehabis sholat terawih, setelah itu tampaklah ia melangkah menuju kelas XI C dimana pujaan hatinya Nia berada,  sementara hari ini adalah hari ulang tahunnya. Tinggal beberapa langkah ia sampai di depan pintu kelas, tiba-tiba ia menghentikan langkah kakinya, karena terdengar salam pertanda pelajaran baru saja ditutup, setelah gurunya keluar disusul siswa dan siswi di belakangnya, lalu ia merapatkan tubuhnya di dinding tembok belakang pintu, sehingga tidak ada satupun orang yang melihat keberadaannya. Sambil mengamati dengan seksama siapa saja yang keluar. Dadanya terasa sesak, nafasnya pendek-pendek dan jantunya berdetak begitu keras, ketika mendengar suara Nia mendekati daun pintu.

Tak berapa lama Nia pun keluar bersama teman akrabnya Rhya. "Nininiaaaa!" dengan gugup Herman memanggil Nia hingga suaranya agak gagap, Niapun menghentikan langkah kakinya, "ada apa Man?" dengan agak marah karena terkejut, Nia bertanya pada Herman. "Selamat ulang tahun Nin! ini ada kado kecil untukmu!" Herman memberikan kado yang ia bawa dan telah ia siapkan sejak tadi malam kepada Nia,  "gak usah repot-repot Man aku gak butuh kado darimu, nih aku kembalikan" Nia melempar kado yang diberikan kepadanya ke arah Herman kembali, hingga kado itu terjatuh tepat di depan Herman.

Herman mengambil kado yang dilempar oleh Nia, tampak kesedihan dan kekecewaan terpancar pada raut mukanya, untuk beberapa saat ia berdiri terbengong. Sungguh diluar dugaan Nia tega melakukan ini padanya. Diantara siswa yang melihat peristiwa itu ada yang menertawain dirinya dengan kata yang meledek "patah hati nih yeee" ada juga yang bilang "cinta ditolak dukun bergerak Man," meskipun begitu, ternyata ada pula yang simpati dan kasihan sama dirinya dengan cara pura-pura tidak melihat akan peristiwa yang baru saja terjadi.

Hermanpun kembali ke kelasnya, meskipun hancur luluh perasaannya ia berusaha sekuat mungkin menyembunyikan kesedihannya itu, terutama pada teman-teman sekelasnya XI A. Tepat pukul 11.30 bel panjangpun berdering sebagai tanda kegiatan belajar mengajar sudah selesai, menyesuaikan dengan jadwal khusus bulan Ramadhan. Dalam waktu tak berapa lama suasana kelas menjadi begitu hening, tinggal dirinya sama Andi, kebetulan besok adalah piket kebersihan kelas bagi mereka berdua, sehingga mereka harus bersih-bersih dan merapikan kelas terlebih dahulu sebelum pulang. Melihat gelagat temannya yang aneh dan tampak lesu, Andi memberanikan diri bertanya pada Herman.
"Man kamu sakit ya?"
"tidak Ndi! cuma agak lesu kok."
"Tapi biasanya kamu gak seperti ini Man! apa yang kamu lakukan tampak kacau, lihat tuh yang sebelah sana masih kotor semua!"
"Ya Ndi maaf!, nanti saya bersihkan lagi."
"Tidak usah Man biar aku yang membersihkan, kamu istirahat saja."
"Ya udah kalau gitu, terimakasih ya Ndi"
"Ya Man sama-sama."

Setelah semua beres, mereka berduapun pulang bersama. Sesampainya di rumah, Heman membuka smartphonenya, ia pun mengecek semua akun media sosialnya,  ternyata Nia sudah memblokir semua pertemanan dengan dirinya di media sosial. Herman menghela nafas panjang-panjang,  batinnya berbisik "begitu bencinya engkau padaku Nin... hingga kado ulang tahun saja engkau menolak dan melemparnya kembali kepadaku, sampai-sampai pertemana di medsos aja engkau blokir juga. Ya udah Nin...! memang aku yang salah, terlalu berharap bisa berteman denganmu, akupun sadar siapa aku tak pantas berteman dengan dirimu, apalagi menaruh hati padamu."  Kedua mata Herman berkaca-kaca, menggambarkan kepedihan hatinya.

Dihari berikutnya peristiwa dikembalikan dan dilemparnya kado Herman oleh Nia menjadi buah bibir diantara para siswa, lambat laun terdengar pula sampai ke telingan Andi teman akrab Herman. Hermanpun menjadi pusat perhatian, bahan ejekan dan tertawaan bagi beberapa siswa yang sengaja ingin menyudutkan dirinya. Karena penasaran ingin tahu kebenarannya dan tanpa harus menyinggung dan membuat malu temannya, maka dari itulah Andi mencari dan menunggu saat yang tepat untuk menanyakan pada Herman secara langsung.

Ketika hendak pulang, Andi  melihat Herman sedang sendirian di tempat parkir, maka ia pun menghampirinya.
"Man kenapa kamu gak pulang?"
"Nanti Ndi nunggu cuacanya agak adem dulu."
"Oh yaa Man! apa benar kado yang kamu berikan sama Nia dihari ulang tahunnya dikembalikan dan dilempar kembali padamu?"
"Ya Ndi memangnya kenapa?"
"Keterlaluan itu Nia, kalau memang tidak suka bukan gitu caranya, sumpahin biar kualat tuh cewek."
"Gak usah bawa sumpah-sumpahan segala Ndi serem, Nia tak bersalah Ndi! seratus persen itu hak dia! mau nerima atau nolak pemberian dari siapa saja."
"Tapi cara menolaknya yang keterlaluan Man! mau dibuang atau diapain kek...mbok ya diterima." Karena bercampur emosi, kata-kata yang keluar dari mulut Andi terdengar kasar.
"Sudahlah Ndi! Yang sudah terjadi biarlah berlalu, jujur mulanya aku memang sedih banget, seperti gak ada semangat hidup lagi, apa memang kayak gitu yaa rasanya patah hati, ditolak oleh seorang cewek! hehehe, tapi alhamdulillah, sekarang aku baik-baik saja kok! tidak ada kesedihan lagi, bahkan serasa aku merasa lebih tenang dan bahagia daripada sebelumnya. Yang terpenting aku bisa ambil hikmah dari kejadian ini. Pertama, aku tahu masa depanku masih panjang dan itu yang harus aku perjuangkan mati-matian bukannya Nia. Kedua, sekarang aku  bisa ngaca diri dan sadar memang tak pantas berteman sama cewek secantik, semanis dan sekaya Nia bahkan cewek manapun juga, mendingan aku fokus belajar saja, menata dan mempersiapkan diri untuk menggapai masa depan yang gemilang. Istilah kerennya no time for love but time for study, hehehe. Saya yakin suatu saat nanti pasti ada wanita yang mau menerima diriku apa adanya, dan siap untuk mengarungi bahtera kehidupan bersama denganku."
"Amiin! cewek kayak Nia kamu bilang cantik dan manis haaa...! kalau diteropong dari Hongkong kaliii! pantasnya cewek seperti dia samakan saja dengan Mak Lampir atau Nini Pelet! sama-sama tak beradab"
"Ah kamu Ndi! terlalu kamu Ndi! meskipun Nia telah memperlakukan diriku seperti itu, aku gak punya dendam bahkan sakit hati sedikitpun sama dia, kalau perlu aku yang minta maaf memang aku yang salah gak ngaca dulu sebelum nembak." 
"Apa kamu gak malu Man? Gara-gara peristiwa itu, kamu jadi bahan omongan, ejekan bahkan jadi gosip hampir semua siswa di sini."
"Kenapa harus malu, salah atau dosaku dimana? Cuma kasih kado, ingin berteman, seandai aku suka atau mungkin ada rasa sama Nia semua itu tulus muncul dari hati, apa itu salah?. Biarin aja mereka yang suka gosip, lama-lama toh mereka bosen sendiri."
"Kamu memang hebat Man! Aku bangga mempunyai sahabat seperti kamu."
"Terimakasih juga Ndi, karena kamu masih menerimaku sebagai sahabatmu, meskipun engkau tahu aku udah ditolak sekaligus dicampakakkan oleh seorang cewek."
"Wkwkwkwkwkwk" mereka pun tertawa bersama.

Bersambung !!!

imammukhtar

Kepala Madrasah di MA PPKP Darul Ma'la

5 Comments

  1. Antara lucu bercampur menjadi satu bersama baper saat bacanya, mantap deh ...😄

    ReplyDelete
  2. Kisah yg inspiratif namun luwes dan enak dibaca. Terus berkarya gan.

    ReplyDelete
  3. kisah yang sangat inspiratif sekali,min. Antara cinta,belajar dan persahabatan. Namun sayang,kenapa ceritanya bersambung?
    Jadi bikin penasaran :D.
    Terus berkarya,min

    ReplyDelete
Previous Post Next Post

Contact Form