Harapan Yang Sirna The Lost Hope
Malam itu hari Jum'at tanggal 30 November 2007, tepat kehamilan istriku 9 bulan 9 hari, tiba - tiba dia merasakan hal yang aneh pada kandungannya, kami sekeluarga mengira mungkinkah ini pertanda kalau kandungannya akan segera lahir, sehingga akupun ambil keputusan kuantar saja ke bu bidan Nunung Ds. Mbakromo yang biasa mememeriksa kandungan istriku dari pertama kali kehamilannya, aku begitu semangat mengantarkannya walaupun lumayan jauh dari rumah kami, karena sejak awal kami memang cocok dengan bidan tadi, karena dua keponakanku di Bodeh dia juga yang memeriksa dan ngecek perkembangan dan kesehatan janinnya dari awal kandungan sampai lahir. Walapun sebenarnya ada bidan lain yang lebih dekat dari rumah kami.
Alangkah senangnya hatiku begitu sampai dihalaman rumahnya bu bidan, karena aku akan segera tau apa yang sebenarnya terjadi pada kandungan istriku, dan akupun begitu berharap kalau anak pertamaku yang begitu lama kunanti ( kurang lebih 6 tahun dari pernikahanku ) akan segera lahir, tapi sayang setelah bu bidan memeriksa, dia menyatakan kalau kandungannya belum apa -2 dan belum ada pembukaan satupun sehingga kita disuruh pulang terlebih dahulu, akhirnya kita pulang kerumah dengan perasaan begitu kecewa, karena istriku benar-benar merasakan hal yang berbeda pada kandungannya. Setelah sampai dirumah istriku tetap tidak bisa istirahat walaupun hanya sejenak, karena ambil posisi apapun terasa tidak nyaman dan sakit, mau dipakai duduk, berbaring merebah, miring kekanan atau kekiri semua terasa tidak nyaman dan sakit. Dan akupun tidak tega dengan keadaan istriku, dan sekali lagi akupun ambil keputusan yang terbaik menurutku, aku bawa Istriku ke dokter kandungan yang biasa memeriksa kandungannya dari awal yaitu Dr. Cahyono Hadi, Sp.Og. yang kebetulan kalau malam mulai pukul 20.00 praktik di RS Mitra Bangsa. Setelah sampai di RS Mitra Bangsa, lagi-lagi sayapun harus menuai rasa kecewa, karena dokter yang saya harapkan penjelasannya, tentang bagaimana keadaan kandungan istriku dan bagaimana anak kami yang masih dalam kandungan??? sedang menempuh pendidikan di Australia untuk belajar lagi ( dalam hatipun aku berkata ya Allah ya Robb apa yang sedang engkau rencanakan untuk kami??? ), "alhamdulillah, kamipun sedikit lega karena selama Dr. Cahyono Hadi di Autralia, posisi Dr. Kandungan di RS Mitra Bangsa diganti oleh Dr. Iwan, Sp.Og. yang kami tahu seorang muslim, tapi sayang beliaunya tidak tahu alurnya dari awal, sehingga hanya sekedar diperiksa dan dinyatakan kondisi kandungan dan janinnya baik-baik saja, kamipun merasa begitu lega, yang paling menyedihkan hatiku saat mau pulang salah satu bidan menyarankan.... gimana pak kalau rawat inap disini saja sampai kelahiran anaknya??? akupun diam begitu pula istriku, karena kami tahu klo biayanya sangat mahal karena kami tidak punya uang yang begitu banyak untuk bisa inap di RS sebesar ini, dengan hati teramat perih bagai diiris - iris pisau, akupun menjawab.... "tidak mbak!!! istri saya biar lahiran di bidan atau RB saja...
Dan akhirnya kamipun pulang kerumah dan dalam perjalanan pulang aku pun mulai berhayal dan mengandai-andai, andai aku orang kaya yang punya uang banyak pasti gak seperti ini ??? akupun menghibur diriku tuh rejeki dah ada yang mengatur bahkan semua yang terjadi pada diriku saat ini karena kehendakNya pula, yang penting aku bukan pemalas aku sudah bekerja keras satu minggu full mengajar di empat lembaga sebagai seorang guru walaupun honor yang aku terima tidak pernah lebih dari 300 rb, akhirnya setelah sampai rumah, rasa aneh dan kadang - kadang sakitpun tetap tidak hilang, sehingga semalam penuh Istriku tidak bisa tidur sedikitpun, menjelang subuh kita siap - siap ke Rumah Bersalin.
Pagi - pagi benar tepat setelah subuh Sabtu, 1 Desember 2007 kita berangkat ke Rumah Bersalin, alangkah senangnya hatiku karena aku merasa sebentar lagi akan menjadi seorang ayah karena di RB saya yakin ada Dokter dan banyak sekali bidan beserta lengkap dengan peralatannya. Akhirnya tibalah kita di RB ASRINA ( baratnya stadiun Joyo Kusumo ) dan istri saya langsung dibawa ke ruang bersalin dan ditangani oleh Dokternya dengan dibantu oleh 3 ( tiga ) bidan sekaligus. Waktupun terus berlalu hingga hampir satu jam kami menunggu dalam kepanikan, akhirnya dokterpun keluar dan meminta saya untuk pulang membawa segala perlengkapan bayi untuk memacu agar bayinya cepat keluar... "kata dokter".
Akupun langsung pulang untuk mengambil segala perlengkapan bayi yang sudah disiapkan oleh istriku begitu lama, dan setelah semua terasa cukup aku segera kembali ke RB, dalam perjalanan kembali ke RB aku selalu berharap dan berdo'a supaya anakku segera lahir atau bahkan telah lahir sesampainya di RB. Tapi sayang setelah sampai di RB tenyata anakku belum lahir juga, kata dokter baru pembukaan tiga. dan waktupun terus berlalu begitu juga kepanikan kami semakin meningkat seiring berjalannya waktu, injeksi pemacupun diberikan untuk membantu agar lebih mudah bayinya untuk cepat lahir, satu, dua, tiga injeksi pemacu sudah diberikan tapi anakku tetap belum lahir juga, sampai pembukaan ketujuh saya ditemui langsung oleh dokternya...! izin untuk melaksanakan tindakan perinium (perobekan peranakan) demi kebaikan semua, akupun mengiyakan dan menandatanganinya.
Setelah pereniumpun kelahiran masih begitu sulit, sehingga harus didorong, betapa sedihnya aku melihat itu semua, sehingga akupun disuruh keluar oleh dokter, sekarang aq hanya bisa berdoa, berdoa dan hanya berdoa semoga putraku yg pertama segera lahir ( karena hasil USG anak pertamaku adalah cowok ) dan istrikupun selamat, sehingga tepat jam satu siang, putraku lahir juga...!!! tapi aku heran kenapa tidak ada tangisan bayi, setelah dijelaskan oleh bidan kalau putra kami kritis karena terlalu lama proses persalinan, istrikupun menangis histeris dan selalu menanyakan bagaimana keadaan putranya, dia selalu berkata aku boleh sakit, tubuhku boleh hancur bahkan matipun aku rela asal anakku selamat.... ya Allah !!! mendengar dan melihat itu semua ketegaranku sebagai seorang laki2 luluh lantak akupun menangis memeluk istriku, alhamdulillah aku segera sadar kalau aku calon seorang ayah tidak boleh cengeng dan harus kuat, dibalik remuknya hati dan perasaanku aq tampak tegar walaupun sebenarnya hatikupun menangis dan menjerit.
Akhirnya sesuatu yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya saya dengarkan langsung dari mulut dokter kalau putrakami tidak bisa diselamatkan, dokter dan bidanpun minta maaf...!!! "maafkan kami pak... kami sudah berjuang sekeras mungkin tapi Allah telah berkehendak lain putra bapak tidak bisa diselamatkan...!!! Ghiffakuuu......(nama yang sudah aku siapkan untuk putraku) dimanakah kau nakk... izinkan aku mencium anakku dokkk... dokterpun menyerahkan jasad Ghiffa kepadaku, seketika itu akupun memeluk Ghiffa dan menciumnya untuk pertama dan terakhir kalinya dan setelah itu jasad Ghiffa aku serahkan pada istriku biar dia bisa melihat Ghiffa dan menciumnya walaupun hanya sekali. dan ahirnya jasad Ghiffapun diambil kakeknya untuk segera dikuburkan. Kamipun terpuruk dalam kehancuran yang begitu dalam...
Aku harus memendam dalam - dalam semua impian dan cita - citaku untuk bermain bersama putraku, kemanapun bersama-sama dengannya dalam menelusuri kehidupan ini yang penuh dengan warna suka dan duka, akan kuceritakan semua yang aku ketahui kepadanya, akan kuajarakan semua yang aku bisa kepadanya, akan kutanamkan kepadanya bagaimana berdialog dengan pembuat kehidupan ini, akan kuperkenalkan semua yang ada didunia ini, semua itu begitu lama aku impikan, tapi semua itu sirna sudah akan kupendam dalam - dalam semua itu sebagai bagian dari perjalanan hidupku, aku tak berdaya aku pasrah terhadap apa yang engkau kehendaki yaa Allah hanya saja aku mohon padamu bukalah pintu harapan baru untuk kami, karena aku yakin semua ketetapanmu adalah yang terbaik untuk kami dan aku yakin hari-hari yang akan datang akan jauh lebih baik dari hari ini. Aamiin
Tags
Diary Imam