Dikisahkan ada dua anak nelayan yang bersahabat karib (teman dekat) namanya Damar dan Uplik. Mereka berdua bermain, mengaji, belajar selalu bersama. Bahkan ketika di Madrasah dua anak ini duduknya selalu satu bangku dan tidak mau dipisahkan satu sama lain, sejak kelas 1 sampai naik kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah. Namun sayang, keduanya mempunyai perbedaan yang mencolok dalam hal kecerdasan, Damar mempunyai kelebihan yang luar biasa di bidang akademik, sehingga tak ayal ia selalu menduduki peringkat satu di kelas, dari kelas 1 sampai lulus kelas 6 Madrasah Ibtidaiyah. Sedangkan Uplik biasa-biasa saja, tidak terlalu pandai dan tidak juga terlalu bodoh, perbedaan kecerdasan inilah yang akhirnya memisahkan mereka berdua setelah tamat dari Madrasah Ibtidaiyah.
Damar yang begitu cemerlang dalam bidang berpikir logis, memecahkan masalah, berhitung dan bernalar (Logikal Smart), mendapatkan beasiswa melanjutkan sekolah di salah satu SMP favorit yang ternama di Ibu Kota. Sedangkan Uplik tetap tinggal di kampung nelayan sebagai seorang anak nelayan yang begitu bersahaja, sekolah di Madrasah Tsanawiyah terdekat dan sepulang dari Madrasah atau ketika hari libur ikut membantu orang tuanya melaut mencari ikan. Meskipun kecerdasan dan prestasi Uplik biasa-biasa saja tapi dalam bidang smart religius (kecerdasan rohani) patut untuk disyukuri dan diacungi jempol. Sehingga ia tumbuh menjadi anak nelayan sejati yang sangat kuat dan sholeh.
Waktu terus merayap, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan pun berlalu berganti tahun. Tak terasa enam tahun telah berlalu, kini Uplik dan Damar sudah tamat SLTA, keduanya tumbuh menjadi remaja. Enam tahun lamanya mereka terpisah, berbagai piagam penghargaan, medali dan piala didapat oleh Damar karena kebriliannya dalam bidang sains dan IT (Informasi Tecnologi), bahkan berbagai pintu Perguruan Tinggi ternama di Negeri ini terbuka lebar untuknya. Di sisi lain Uplik masih seperti dulu, begitu bersahaja tanpa ada satupun piagam penghargaan, medali atau piala yang ia dapat, uplik lulus MA dengan nilai rata-rata menengah ke atas. Ia pun berencana ingin melanjutkan ke PT yang ada dikotanya, mengambil jurusan Fakulatas Tarbiyah sehingga nantinya menjadi seorang Guru Agama.
Masa transisi menunggu masuk ke Perguruan Tinggi, menjadi kesempatan emas bagi mereka berdua untuk melepas rindu, mengenang kebersamaan dan berbagi pengalaman satu sama lain. Akhirnya mereka berdua sepakat menghabiskan kebersamaan dengan berlayar menaiki perahu. Uplik mengemudikan perahu dengan menggunakan dayung, sedikit demi sedikit perahupun melaju ke tengah samudra dan semakin menjauh dari bibir pantai.
Di tengah-tengah perjalanan terjadilah percakapan diantara keduanya, Damar menanyakan sesuatu pada temannya, "Uplik...! Apa engkau tahu hukum archimedes?" "Tidak, kamu tahu kan kalau aku sejak dulu tidak pandai sains," jawab Uplik. "Wah...! sungguh disayangkan seorang anak nelayan tidak tahu hukum archimedes, maka 1/4 (seperempat) kehidupanmu telah hilang." Damarpun bertanya lagi, "Plikkk... kamu punya web ngakkk? yang pakai paltform blogspot atau wordpress juga gak pa pa." "Tidak punya, kamu tahu kan, komputer dan jaringan internetpun aku tidak punya, paling-paling pakai smartphone, itu saja kalau pas lagi dapat wifi gratis dan bila ada tugas dari madrasah." "Hari gini...! gak punya web, dan tidak bisa mengoperasikannya, separuh dari hidupmu sudah musnah plik...! berarti yang tersisa dari hidupmu tinggal 25%."
Uplik hannya diam saja, mendengar apa yang dikatakan oleh temannya Damar, dalam hati ia berdo'a supaya temannya disadarkan atas kesombongannya. Kalau sesungguhnya semua kelebihan yang dimiliki tidaklah pantas untuk disombongkan. Dan masing-masing orang sudah ditakdirkan mempunyai kelebihan dan kekurangan, untuk saling melengkapi satu sama lain.
Tak berapa lama, tiba-tiba saja, langit menghitam dan suasananya semakin tampak gelap dan begitu mencekam, angin yang semula bertiup semilir, kini berubah teramat kencang. Begitu juga, gelombang laut, yang semula bersahabat kini deburannya membikin perahu yang mereka naiki bergoyang hebat. Melihat hal ini Uplikpun bertahmid dalam hati "Ahamdulillah engkau telah mengabulkan harapanku ya Allah." Sementara itu, muka Damar tiba-tiba memucat memancarkan rasa takut yang luar biasa, ia mendekati Uplik dan memegang erat tangan temannya itu. Sambil memegang erat tangan Uplik Damar bertanya padanya, "Plik... ada apa ini Plik...? kenapa menjadi gelap seperti ini, aku takut Plik...!" "Jangan takut teman...! tenang aja! paling-paling sebentar lagi ada badai, dan perahu ini akan pecah atau mungkin hancur lebur dan tenggelam. Bila itu terjadi, untuk bisa tetap selamat, maka kita harus berenang ke pantai, sekali-kali menahan nafas dan menyelam." "Plik...! kamu tahu kan Plik... kalau aku tidak bisa berenang. Setiap hari aku hanya belajar dan terus belajar tidak pernah belajar berenang apalagi menyelam," dengan tenang Uplik pun menjawab. "Sayang sekali! dalam kondisi seperti ini engkau tidak bisa berenang, maka sudah dijamin 100% hidupmu akan musnah."
Jadi ojo dumehhh!!!
Tags
Cerpen & Novel