Salah besar bila kita mengatakan setiap yang berbeda itu tanda dari perpecahan tetapi sejatinya yang benar itu, setiap yang pecah pastilah berbeda namun tidak setiap yang beda itu berpecah.
Perbedaan adalah sebuah kebolehan, bahkan bisa jadi suatu keharusan atau kewajiban, yang mana Allah sendirilah yang menciptakan perbedaan itu, sedangkan perpecahan adalah suatu kedurhakaan, bahkan bisa dikatakan suatu kemusrikan yang bisa menyebabkan lemahnya umat islam disegala segi kehidupan.
Dan apa yang harus kita lakukan terhadap orang yang suka berpecah belah, kita harus bersikap cuek, karena urusan mereka yang suka berselisih dan berpecah belah adalah dengan Allah, dan sebelum kita meninggalkan mereka sepenuhnya, maka sebagai seorang muslim kita masih berkewajiban untuk memberi nasehat kepada mereka seperlunya, ini semua sudah ditunjukkan oleh Allah dalam QS. Al An'am : 159.
Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat. ( QS. Al An'am : 159 )
Akan tetapi jika sesudah kita nasehati mereka masih bersikukuh dengan pendirian mereka untuk tetap fanatik buta tehadap golongan mereka, maka atas petujuk Allah kita wajib cuekin mereka dan Allah sendiri yang akan memberi tau kepada mereka kedurhakaan yang mereka perbuat. Walaupun kelihatannya egois dan kejam namun ini sesuai dengan petunjuk Allah dalam QS. Albaqoroh : 139.
Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati, ( QS. Al Baqoroh : 139 )
Dari sinilah sudah jelas tidak sepantasnya kita mempemasalahkan atau menyalahkan cara ibadah orang lain, disamping itu hanya membenarkan ibadah sendiri serta memaksakan kepada orang lain untuk sama dengan kita. Bukankah kita masing - masing yang akan memetik baik maupun buruknya ibadah kita, lalu mengapa kita masih usil dan mempermasalahkan cara ibadah orang lain, lebih-lebih dalam urusan ibadah yang bersifat sangat asasi serta harus kita hormati privasinya... mau tahlilan kek... apa tidak ??? mau pakai qunut apa tidak??? semua itu pelaku yang akan mendapat hasilnya, entah itu baik atau buruk. Yang paling bijak kasih nasehat untuk selanjutnya biar berjalan apa adanya, itu saja sejatinya kewajiban kita.
Perlu untuk diketahui, kalau sesungguhnya perbedaan itu tidaklah hanya menjadi potensi munculnya konflik saja akan tetapi juga bisa meningkatkan menjadi potensi naiknya qualitas untuk mencapai prestasi yang maksimal dengan syarat perbedaan tadi dibingkai seapik mungkin, sehingga antara satu dengan yang lainnya berfungsi sebagai kompetitor untuk bersama - sama berlomba-lomba dalam mencapai kebaikan yang maksimal ( nilai kebaikan yang paling puncak dari adanya perbedaan ). sebagaimana firman Allah QS. Al Maidah : 48.
Yang artinya sebagai berikut :
maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, ( QS. Almaidah : 48 )
Tambah satu lagi bukannkah dengan adanya perbedaan membuat sesuatu tampak lebih indah, ambil saja contoh sebuah taman yang ditanami dengan berbagai macam bunga warni-warni ( bunga yang berbeda ) akan tampak lebih indah dan sedap dipandang mata dari pada taman yang hanya ditanami bunga satu warna, dan ingatlah sabda Nabi : "Perbedaan pendapat pada umatku adalah suatu rohmat" rohmat disini bisa diartikan, nilai atau prestasi tertinggi yang terlahir dari adanya perbedaan itu sendiri ...
Ohhh ... Indahnya Perbedaan ...😃😃😃
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ ۚ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
Yang artinya sebagai berikut :Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat. ( QS. Al An'am : 159 )
Akan tetapi jika sesudah kita nasehati mereka masih bersikukuh dengan pendirian mereka untuk tetap fanatik buta tehadap golongan mereka, maka atas petujuk Allah kita wajib cuekin mereka dan Allah sendiri yang akan memberi tau kepada mereka kedurhakaan yang mereka perbuat. Walaupun kelihatannya egois dan kejam namun ini sesuai dengan petunjuk Allah dalam QS. Albaqoroh : 139.
قُلْ أَتُحَاجُّونَنَا فِي اللَّهِ وَهُوَ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ وَلَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ وَنَحْنُ لَهُ مُخْلِصُونَ
Yang artinya sebagai berikut :Katakanlah: "Apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu; bagi kami amalan kami, dan bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati, ( QS. Al Baqoroh : 139 )
Dari sinilah sudah jelas tidak sepantasnya kita mempemasalahkan atau menyalahkan cara ibadah orang lain, disamping itu hanya membenarkan ibadah sendiri serta memaksakan kepada orang lain untuk sama dengan kita. Bukankah kita masing - masing yang akan memetik baik maupun buruknya ibadah kita, lalu mengapa kita masih usil dan mempermasalahkan cara ibadah orang lain, lebih-lebih dalam urusan ibadah yang bersifat sangat asasi serta harus kita hormati privasinya... mau tahlilan kek... apa tidak ??? mau pakai qunut apa tidak??? semua itu pelaku yang akan mendapat hasilnya, entah itu baik atau buruk. Yang paling bijak kasih nasehat untuk selanjutnya biar berjalan apa adanya, itu saja sejatinya kewajiban kita.
Perlu untuk diketahui, kalau sesungguhnya perbedaan itu tidaklah hanya menjadi potensi munculnya konflik saja akan tetapi juga bisa meningkatkan menjadi potensi naiknya qualitas untuk mencapai prestasi yang maksimal dengan syarat perbedaan tadi dibingkai seapik mungkin, sehingga antara satu dengan yang lainnya berfungsi sebagai kompetitor untuk bersama - sama berlomba-lomba dalam mencapai kebaikan yang maksimal ( nilai kebaikan yang paling puncak dari adanya perbedaan ). sebagaimana firman Allah QS. Al Maidah : 48.
فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu, ( QS. Almaidah : 48 )
Tambah satu lagi bukannkah dengan adanya perbedaan membuat sesuatu tampak lebih indah, ambil saja contoh sebuah taman yang ditanami dengan berbagai macam bunga warni-warni ( bunga yang berbeda ) akan tampak lebih indah dan sedap dipandang mata dari pada taman yang hanya ditanami bunga satu warna, dan ingatlah sabda Nabi : "Perbedaan pendapat pada umatku adalah suatu rohmat" rohmat disini bisa diartikan, nilai atau prestasi tertinggi yang terlahir dari adanya perbedaan itu sendiri ...
Indahnya Perbedaan |
Ohhh ... Indahnya Perbedaan ...😃😃😃
Tags
Artikel
Budi utomo (hadir)
ReplyDeleteDevistia Amanda Putri (Hadir)
ReplyDeleteSekar jati aras rasandhani Hadir
ReplyDeleteRefi Evrista Agustisya Hadir
ReplyDeleteNaca Sherina Hadir
ReplyDeleteEni Puji lestari(hadir)
ReplyDeleteRubianti Hadir
ReplyDeleteErika Susella Rahmadhani Hadir
ReplyDeleteMella Andriya Lutviatin HADIR
ReplyDeleteSofiana Nurvita widyaningrum (HADIR)
ReplyDeleteNurul zufatul mar'ah Hadir
ReplyDeleteNIHLA SHOFA HADIR
ReplyDeleteSofiana Nurvita widyaningrum (HADIR)
ReplyDeleteAryo Budi santoso (Hadir)
ReplyDeleteNaning Widiana Kuswara hadir
ReplyDeleteRita Jufitasari (hadir)
ReplyDeleteSalimatuz Zahroh HADIR
ReplyDeleteElfa Adela (hadir)
ReplyDeleteIka rizkia Mayang Sari (hadir)
ReplyDeleteMICKY YUSUP PRADANA HADIR
ReplyDeleteNayla Azzahra Hadir
ReplyDeleteNuruzzakiyya Mumtaza H (Hadir)
ReplyDeleteAhmad Supriyanto(hadir)
ReplyDeleteRika Mey Handayani hadir
ReplyDeleteArswynda Surhaningasih (hadir)
ReplyDeleteYusuf Ageng Cahyono hadir
ReplyDeleteSeptiara dwi anggaheni hadir
ReplyDeleteRindi Rahmawati hadir
ReplyDeleteIndri Dwi Rahmawati Hadir
ReplyDelete