Lulusnya Seorang Santri

Santri Ponpes Darul Ma'la 17/18

Setelah bertahun-tahun lamanya belajar di sebuah pesantren bersama para kyai dan ustad. Hingga tibalah saat dimana seorang santri diperbolehkan pulang untuk mengabdikan ilmunya kepada masyarakat. Sebelum santri pulang, sang kyai pun memberi ujian terakhir kepada santrinya.

Kyai : "sebelum pulang, aku ingin kamu mencari seorang ataupun makhluk yang lebih hina atau buruk daripada dirimu, “pesan sang kyai". “baiklah...!!! aku akan menemukan banyak sekali orang atau makhluk yang lebih buruk daripada diriku, ”jawab si santri penuh percaya diri.

Sang kyai tersenyum seraya mempersilakan santrinya membawa seorang ataupun makhluk itu kehadapannya. Si santri pun tampak begitu semangat, karena menganggap begitu mudah ujian terakhir itu. Hari itu juga, si santri berjalan menyusuri kampung. Tiba-tiba di tengah jalan, dia menemukan seorang pemabuk berat. Menurut pemilik warung yang dijumpainya, orang tersebut pekerjaannya hanya mabuk-mabukan setiap hari. Si santri pun berfikir, “pasti dia orang yang lebih buruk dariku, setiap hari waktu dia habiskan hanya untuk mabuk-mabukan, sementara aku selalu rajin beribadah.”

Dalam perjalanan pulang, hati kecilnya berbisik. "kayaknya si pemabuk itu belum tentu lebih buruk dari aku, sekarang dia mabuk-mabukan tapi siapa yang tahu diakhir hayatnya Allah mendatangkan hidayah kepadanya hingga dia bisa khusnul khotimah. Sedangkan aku, sekarang memang rajin ibadah, kalau diakhir hayatku Allah justru menghendaki su'úl khotimah, bagaimana? “berarti pemabuk itu belum tentu lebih buruk dariku,” kebimbangan pun menyelimuti hatinya.

Akhirnya si santri kembali melanjutkan perjalanannya mencari orang atau makhluk yang lebih buruk darinya. Kemudian ia menemukan seekor babi liar yang tampak begitu menjijikkan. karena selain tubuhnya kotor dan bau, babi tersebut juga menderita kudisan. “Akhirnya ketemu juga aku dengan makhluk yang lebih jelek dan buruk daripada aku, babi ini tidak hanya najis dan kotor, tapi juga kudisan dan menjijikkan, ”pikir si santri dengan raut muka tampak begitu girang.

Si santri memasukkan babi liar tersebut dalam sebuah karung, untuk dibawa kehadapan sang kyai. Namun ditengah jalan, tiba-tiba kebimbangan pun datang kembali “babi ini memang buruk rupa dan kudisan, namun benarkah dia lebih buruk dari aku?” Oh tidak, kalau babi ini mati, maka dia tidak akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dilakukannya di dunia, sedangkan aku harus mempertanggungjawabkan semua perbuatanku selama di dunia dan bisa jadi aku akan masuk ke neraka.

Akhirnya si santri menyadari bahwa dirinya belum tentu lebih baik dari babi tersebut. Hari semakin sore, si santri berusaha kembali mencari orang atau makluk yang lebih jelek darinya. Namun hingga malam tiba, dia tak juga menemukannya. Setelah sekian lama berfikir, akhirnya ia memutuskan untuk pulang ke pesantren dan menemui sang kyai.

“Bagaimana anakku, apakah kamu sudah menemukannya?” tanya sang kyai. “Sudah kyai," jawabnya seraya tertunduk. “Ternyata diantara orang atau makluk yang menurutku paling buruk sekalipun, diriku merasa tetap lebih buruk dari mereka,”katanya perlahan.

Mendengar jawaban santrinya, san kyai pun tersenyum lega, ”alhamdulillah...!!!" kamu telah lulus dari pesantren ini, wahai anakku ujar sang kyai dengan penuh haru. Kemudian kyai berkata: "Selama kita hidup di dunia, jangan pernah bersikap sombong dan merasa lebih baik atau mulia dari siapapun juga. Kita tidak pernah tahu, bagaimana akhir hidup kita. Bisa jadi sekarang kita baik dan mulia, tapi diakhir hayat justru menjadi makhluk yang terburuk.  Begitu pula, sekarang kita beriman tapi di akhir hayat bisa juga iblis berhasil memalingkan wajah kita hingga melupakanNya

Rasulullah SAW bersabda: "Tidak akan masuk ke dalam surga orang yang di hatinya ada kesombongan meskipun sebesar biji sawi" (HR.Muslim no 91 ). Semoga sedikit ilmu yang dititipkan Allah Subhanahu Wa Ta'alla kepada kita tidak menjadikan kita sombong dan lupa diri. Aamiin


imammukhtar

Kepala Madrasah di MA PPKP Darul Ma'la

Previous Post Next Post

Contact Form